Vaksin Merah Putih Siap Uji Klinis ke Manusia
PT BEST PROFIT FUTURES BANDUNG, Bestprofit - Titik cerah kehadiran vaksin COVID-19 buatan dalam negeri
alias Vaksin Merah Putih mulai terlihat.
Dari enam lembaga ilmu pengetahuan yang mengembangkan vaksin Merah
Putih sejak tahun lalu, ada dua nama terdepan. Universitas Airlangga dengan PT
Biotis Pharmaceuticals Indonesia disusul Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
bersama PT Biofarma memimpin dalam adu balap pembuatan Vaksin Merah Putih.
Vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Unair dibuat dari
inactivated virus Corona yang diisolasi di Indonesia. Sementara, Vaksin Merah
Putih yang dikembangkan Lembaga Eijkman menggunakan seed vaksin subunit protein
rekombinan ekspresi protein spike.
Untuk Vaksin Merah Putih yang digarap Universitas Airlangga dan
Biotis, saat ini yang paling memperlihatkan titik cerah. Vaksin yang digarap
dengan platform whole genome inactivated saat ini sudah selesai uji praklinik
fase 1 dan hampir selesai uji praklinik fase 2 seperti disampaikan Direktur
Utama PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia FX Sudirman.
Selama proses uji praklinik diamati bagaimana keamanan (safety) dan
immunogenitas terkait apakah vaksin menimbulkan antibodi yang baik serta
efikasi. "Kami melakukan uji praklinik bersama dengan tim Unair. Tim Unair
bahkan melakukan challenge trial atau uji tantang menggunakan virus
lokal," terang Sudirman.
Uji praklinik fase 1 diamati menggunakan mencit transgenik yang sudah
disesuaikan dengan reseptor sama persis seperti manusia.
"Sehingga apa yang kita lakukan pada mencit itu akan sama dengan
apa yang kita lihat kalau kejadiannya pada manusia. Kemudian uji praklinik fase
2 sekarang sedang berjalan dan diharapkan akhir bulan ini, 30 September selesai
dilakukan," ujar Sudirman saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Bersama Komisi
VII DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (15/9/2021).
Setelah uji praklinik fase 2 selesai, selanjutnya, persiapan proses
uji klinik yakni dilakukan pada manusia dalam waktu dekat. "Kami berharap
paling lambat bulan Juli 2022, vaksin kami sudah bisa dipakai oleh masyarakat
Indonesia," ungkapnya.
Untuk mencapai tahap kesiapan produksi agar digunakan dalam program
vaksinasi, sejumlah tahapan masih harus dilakukan Unair - Biotis.
"Setelah itu, bulan depan kami bisa mendapatkan hasil praklinik
dan bisa mempersiapkan uji klinik fase 1 kepada 100 orang, uji klinik fase 2
dengan 400 orang, dan uji fase tiga 3.000 orang. Mudah-mudahan, semua tahapan
berjalan baik."
Infografis Vaksin Merah Putih Karya Anak Bangsa
Untuk kapasitas produksi Vaksin Merah Putih, menurut Sudirman, PT
Biotis Pharmaceutical Indonesia mampu mencapai 240 juta dosis. "Fill and
finish 240 juta dosis, kemudian bulk bisa 1 miliar dosis. Misalnya, ada negara
lain atau pihak lain yang membeli barang bisa saja," ujarnya.
"Kapasitas upstream, kami bisa memproduksi antigen atau virusnya
itu kira-kira 3 miliar dosis setahun. Mudah-mudahan ini bisa tercapai."
Dari sisi harga Vaksin Merah Putih, Sudirman memperkirakan bisa kurang dari 5
dollar AS. Harga tersebut diharapkan dapat ditanggung Pemerintah dengan biaya
minim.
"Mudah-mudahan, kami bisa melakukan atau mengembangkan vaksin dan
memproduksi vaksin dengan harga affordable (terjangkau), kurang dari 5 dolar AS
(berkisar Rp71.000)," katanya.
"Sehingga semakin banyak masyarakat yang bisa ditanggung oleh
Pemerintah dengan anggaran yang lebih sedikit dengan belanja vaksin tahun ini.
Saya dengar terakhir, belanja vaksin bisa mencapai Rp83 triliun."
Update Vaksin Merah Putih Garapan Eijkman-Biofarma
Kepala LBM Eijkman, Prof dr Amin Soebandrio PhD, SpMK menjelaskan
bahwa meski sama-sama bernama Vaksin Merah Putih, tapi platform yang digunakan
berbeda-beda sehingga hasilnya nanti pun akan berbeda pula.
Terkait sudah sejauh mana perkembangan Vaksin Merah Putih dari
Eijkman, Amin, menyebut, masih dalam tahap proses peralihan dari laboratorium
ke industri.
"Kami ingin semuanya cepat. Kami sekarang sedang berupaya
memercepat prosesnya, tapi ada beberapa proses yang memang butuh waktu
lama," kata Amin saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan
telepon pada Kamis, 16 September 2021.
Amin, menambahkan, dalam proses peralihan itu ada tiga hal yang perlu
Eijkman lakukan.
"Dari skala laboratorium ke skala industri itu kan berbeda. Kalau
di laboratorium volumenya kecil, tapi kalau industri volumenya harus lebih
besar. Kemudian, optimasi kondisinya harus disesuaikan dengan kondisi
industri," kata Amin.
Bila Unair-Biotis menargetkan Vaksin Merah Putih garapannya bisa
disuntikan kepada masyarakat pada Juli 2022, Eijkman masih belum bisa
memastikan akan memproduksinya.
Menurut Amin, waktu produksi tergantung uji klinisnya. Sebab, uji
klinis Vaksin Merah Putih yang akan lahir dari 'rahim' Eijkman harus
menggunakan populasi yang belum vaksinasi.
"Salah satu yang mungkin menjadi tantangan adalah populasi yang
akan diuji itu tidak bisa di Pulau Jawa lagi, tapi harus di luar Pulau Jawa
karena Pulau Jawa mungkin sampai akhir tahun yang divaksinasi sudah sangat
banyak," katanya.
"Itu akan memengaruhi karena kita harus pakai populasi yang belum
vaksinasi," Amin menekankan. Untuk pengujian pertama, lanjut Amin, akan
menyasar populasi usia 18 sampai dengan 59. Apabila mendapatkan hasil yang
bagus, akan diuji coba ke usia yang lebih muda lagi, yaitu 12 sampai 18 tahun.
Vaksin Merah Putih buatan mereka akan langsung disuntikan kepada
masyarakat begitu mengantongi izin penggunaan darurat (EUA) Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
"Sesegera mungkin. Setelah dapat EUA, sudah bisa dipakai,"
ujarnya. Terpenting sejauh ini, rencana untuk uji klinis fase I, II, III akan
dimulai pada Januari 2022.
Vaksin Merah Putih Garapan Unair-Biotis Sudah Dapat CPOB dari BPOM
Gerak cepat Unair dan Biotis dalam mengembangkan vaksin COVID-19 bisa
dilihat dengan sudah adanya sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
kepada PT Biotis Pharmaceutical Indonesia dari Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM).
"Yang sedang dan sudah kami siapkan, pertama adalah sarana
produksi downstream atau fill and finish. Kami sudah mendapatkan CPOB tanggal
18 Agustus yang lalu," tambahnya.
Pemberian sertifikat ini diberikan BPOM melakukan pengawalan secara
bertahap pengembangan vaksin tersebut. Pengawalan dimulai dari desain
fasilitas, inspeksi, gap assesment, asistensi, konsultasi, hingga perbaikan
pengembangan Vaksin Merah Putih.
"Itu tahapan-tahapan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan CPOB.
Jadi ini bukan sesuatu yang mudah," kata Kepala BPOM, Penny Kusumastuti
Lukito dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Badan POM RI, Rabu,
18 Agustus 2021.
Penny menyebut, pemberian CPOB ke PT Biotis ini khusus untuk fill and
finish Vaksin Merah Putih. BPOM berjanji akan terus mendampingi PT Biotis dalam
mengembangkan vaksin Merah Putih.
"Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi untuk segala kerja
sama yang sudah ditunjukkan dan komitmen yang ditunjukkan oleh PT Biotis
sehingga kita mencapai pada titik ini dengan pemberian CPOB untuk fill and
finish. Tentunya ke depan kami siap mendampingi," ujarnya.
Muncul Varian Baru, Hambat Pengembangan Vaksin Merah Putih?
Pengembangan vaksin COVID-19 dalam Vaksin Merah Putih menggunakan
virus penyebab COVID-19 yang beredar di Indonesia. Dalam pengembangan Vakisn Merah Putih, Unair
dan Biotis sudah menggunakan virus Delta yang beberapa bulan terakhir
menyebabkan angka infeksi COVID-19 yang tinggi di Indonesia.
"Uji praklinik juga menggunakan Varian Delta yang lagi happening.
Mudah-mudahan hasilnya baik," kata Sudirman.
Sementara Amin Soebandrio menyebut bahwa kemunculan sejumlah varian
Virus Corona tidak menghambat produksi vaksin Merah Putih di laboratorium
Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Jakarta.
Amin yang menjabat sebagai Kepala LBM Eijkman, mengatakan, justru
mereka mengembangkan Vaksin Merah Putih yang berbasis varian-varian virus
Corona yang baru, yang dilakukan secara paralel.
Sejauh ini yang menjadi patokan Eijkman dalam mengembangkan vaksin
Merah Putih adalah Varian Delta. "Sementara ini baru yang Varian Delta,
karena sudah meluas. Sedangkan Varian Mu masih sedikit dan Indonesia belum ada
yang masuk," kata Amin.
Bukan tidak mungkin, terus muncul varian baru virus Corona penyebab
COVID-19. Hal ini mungkin saja bisa membuat vaksin COVID-19 yang lahir dari
laboratorium-laboratorium besar Indonesia terpengaruh mutasi virus penyebab
COVID-19 yang bisa terjadi di masa mendatang.
“Selama virus COVID-19 bermutasi memang akan berpengaruh terhadap
kinerja Vaksin Merah Putih. Artinya bisa jadi Vaksin Merah Putih yang dibuat
sekarang jadi tidak efektif untuk mencegah virus yang bermutasi di beberapa
waktu yang akan datang,” kata ahli mikrobiologi Universitas Padjajaran (UNPAD),
Dr Mia Miranti kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks Kamis (16/9/2021).
6 dari 6 halaman
Vaksin Merah Putih Bakal untuk Siapa?
Melihat proses pembuatan Vaksin Merah Putih yang masih berlangsung,
timbul pertanyaan terkait penggunaannya di masa mendatang. Mengingat, program
vaksinasi nasional diperkirakan rampung tahun depan. Lantas, jika programnya
sudah usai vaksin Merah Putih akan digunakan untuk apa?
Health-Liputan6.com mencoba menghubungi Kepala Peneliti Vaksin Merah
Putih Unair Prof. Fedik Abdul Rantam tapi tidak mendapatkan jawaban. Sementara
itu, menurut Mia Vaksin Merah Putih dapat digunakan sebagai booster vaksin dan
dapat disumbangkan pada negara yang belum mendapatkan akses vaksin.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best profit,
bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt bpf, bestprofit
futures, pt bestprofit futures, best profit futures, pt best profit futures
PT BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Comments
Post a Comment