Cerita di Balik Nikmatnya Gudeg
PT BEST
PROFIT FUTURES BANDUNG, Best Profit – Memanjakan lidah atau bahasa Jawa-nya
keplek ilat saban bertandang ke Yogyakarta tak lengkap tanpa mencicipi gudeg.
Ya, gudeg merupakan kuliner nikmat yang sangat terkenal dan lekat menjadi ikon
kota Yogyakarta.
Enam+00:57VIDEO: Diduga Mabuk, Pria Loncat dari
Flyover Pelabuhan Batam
Gudeg merupakan salah satu kuliner yang terkenal
dan banyak digemari masyarakat Yogyakarta sendiri maupun para turis lokal dan
mancanegara. Makanan khas yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan
santan ini punya warna cokelat dan biasanya dihasilkan dari daun jati yang
dimasak bersamaan.
Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah
santan kental atau areh, ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.
Nikmatnya sungguh menggoyang lidah.
Sebagai makanan khas Yogyakarta, gudeg menempati
posisi penting dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta. Itu terlihat dari sangat
mudahnya menemukan warung yang menjajakan gudeg di berbagai tempat di Kota
Yogyakarta. Bisa dikatakan hampir di setiap sudut Kota Yogyakarta dapat
ditemukan gudeg.
Mengutip buku Kuliner Yogyakarta yang diterbitkan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, nama “gudeg” didapat dari istilah
bahasa Jawa, hangudek. Istilah hangudek memiliki arti proses mengaduk.
Proses ini bermula dari sejarah gudeg yang lahir
bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Mataram Islam pada 1500-an. Adapun tempat
untuk membangun Kerajaan Mataram Islam ini berada di sebuah alas, yaitu Alas
Mentaok di daerah Kotagede. Di Alas Mentaok ini, banyak tumbuh pepohonan,
seperti nangka, kelapa, tangkil, dan melinjo.
Kemudian, saat pembangunan kerajaan, pohon-pohon
yang tumbuh di Alas Mentaok ini ditebang oleh para pekerja dan akhirnya
dimanfaatkan. Salah satu bahan yang dimanfaatkan tersebut adalah buah nangka
muda yang dimasak untuk dijadikan santapan bagi para pekerja.
Karena jumlah masakan yang dibutuhkan untuk makan
para pekerja harus banyak, nangka muda tersebut dimasak menggunakan tempat yang
besar dan mengaduknya membutuhkan alat pengaduk besar yang bentuknya menyerupai
dayung perahu.
Dari proses mengaduk atau hangudek ini kemudian
muncul istilah "gudeg" untuk menamai masakan dari buah nangka muda tersebut.
Selain itu, proses penyebaran gudeg terbaca dari
karya sastra Jawa yaitu Serat Centhini (1814-1823) yang di-anggit barisan
pujangga Kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Karya sastra ini merupakan
himpunan segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa.
Diceritakan dalam karya sastra Jawa tersebut bahwa
pada 1600-an, Raden Mas Cebolang melakukan perjalanan dan singgah di pedepokan
Pangeran Tembayat. Saat Raden Mas Cebolang singgah, ada tamu yang sedang
berkunjung di pedepokan Pangeran Tembayat, yaitu Ki Anom. Sebagai jamuan untuk
Ki Anom, Pangeran Tembayat menyajikan gudeg.
Bahkan, tercatat pula jenis gudeg manggar (bunga
kelapa) beserta kupat, daging ayam, bubuk kedelai, serta telur ayam. Dewasa
ini, gudeg manggar masih bisa dijumpai di pawon Bantul.
Proses Pembuatan Gudeg
Seiring berjalannya waktu, gudeg yang awalnya
adalah masakan rumahan akhirnya dimanfaatkan untuk dijual ke masyarakat. Akan
tetapi, pada awal abad ke-19, belum banyak orang yang berjualan disebabkan
proses pembuatan gudeg membutuhkan waktu yang lama.
Gudeg mulai dijual dan dikenal banyak kalangan
setelah Presiden Soekarno memiliki ide untuk membangun universitas di
Yogyakarta pada 1940-an. Universitas tersebut sekarang menjadi salah satu
universitas yang terkenal, yaitu Universitas Gadjah Mada.
Dari pembangunan kampus itu muncul sentra Gudeg
Mbarek di kawasan Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta. Setelah itu pada 1970-an
sentra gudeg baru juga dibangun di kawasan sebelah timur Keraton Yogyakarta,
yaitu Wijilan.
Sebagai makanan khas Yogyakarta, gudeg merupakan
salah satu olahan yang banyak dipilih untuk dijadikan oleh-oleh. Seiring dengan
perkembangan zaman, pengemasan gudeg juga semakin beragam. Ada yang dikemas
dengan besek, daun pisang, kardus, dan kendil.
Berikut lima rekomendasi gudeg Yogyakarta
legendaris yang wajib untuk dicoba.
1. Gudeg Yu Djum
Mengandalkan resep yang telah turun-temurun hingga
empat generasi, membuat Gudeg Yu Djum menjadi salah satu gudeg yang terkenal
dan memiliki cita rasa yang tidak dapat diragukan lagi.
Pembeli cukup merogoh kocek sekitar Rp 30.000 untuk
mencicipi sajian gudeg kering yang disajikan berdampingan dengan berbagai lauk.
Selain menjajakan gudeg, di sini pembeli dapat menyaksikan proses pembuatan
gudeg langsung dari dapur Gudeg Yu Djum.
2. Gudeg Mercon Bu Tinah
Sesuai dengan "mercon" yang tersemat,
kuliner yang berlokasi di Jalan Asem Gede Nomor 8, Cokrodiningratan, Kecamatan
Jetis ini, menawarkan rasa pedas yang luar biasa. Meskipun hanya memiliki area
lesehan, tetapi Gudeg Mercon Bu Tinah tidak pernah sepi dari antrean pembeli.
Dibanderol dengan harga Rp15.000 hingga Rp25.000,
Gudeg Mercon Bu Tinah Yogyakarta mulai beroperasi pukul 21.00 WIB hingga 01.00
WIB.
3. Gudeg Permata Bu Pujo
Bertempat di Gadjah Mada RT 36 RW 7 Purwokinanti,
Gunung Ketur Yogyakarta atau lebih tepatnya berada di sebelah gedung Bioskop
Permata, berdiri sajian gudeg bernama Gudeg Permata Bu Pujo.
Usut punya usut, kuliner yang satu ini telah
berdiri sejak tahun 1951. Itulah mengapa
gudeg yang satu ini tidak pernah sepi oleh pengunjung, meskipun berdiri
di dekat gedung bioskop yang telah tutup.
Selain karena telah lama berdiri, tempat makan yang
mulai beroperasi pukul 20.30 WIB ini, juga menyajikan gudeg dengan daging ayam
kampung yang empuk, sambal krecek yang pedas nan nikmat, serta telur yang
lembut. Untuk menikmati sajian ini, pengunjung cukup merogoh kocek sebesar
Rp10.000.
4. Gudeg Mbah Lindu
Mbah Lindu telah berjualan gudeg sejak zaman
penjajahan. Maka tak heran apabila Gudeg Mbah Lindu tak pernah sepi oleh
pembeli. Meskipun tak pernah sepi dari pembeli, Gudeg Mbah Lindu tetap
mempertahankan nuansa tradisional yang ada.
Hal ini dapat dilihat dari cara penyajiannya yang
masih memakai pincuk (daun pisang yang ditusuk lidi). Gudeg Mbah Lindu terletak
di Jalan Sosrowijayan atau sekitar 300 meter dari Jalan Malioboro dan mulai
beroperasi pukul 05.00 hingga 10.00 WIB.
Selain itu, pembeli cukup merogoh kocek sebesar
Rp15.000 hingga Rp20.000 untuk menikmati kuliner ini.
5. Gudeg Manggar Bu Tinur
Bila gudeg biasa memakai nangka muda atau gori,
tetapi ada yang berbeda dari Gudeg Manggar Bu Tinur. Sesuai dengan nama manggar
yang tersemat, Bu Tinur memilih manggar (bunga kelapa) sebagai bahan utamanya.
Layaknya jamuan gudeg pada umumnya, Gudeg Manggar
Bu Tinur juga disajikan bersama dengan krecek, sambal, dan telur atau ayam
bacem. Meskipun berbahan dasar bunga kelapa, tetapi gudeg manggar memiliki cita
rasa yang tidak dapat diragukan.
Terletak di Jalan Bibis Raya RT 04, Dusun Gendheng,
Bangunjiwo, Kasihan, Bangunjiwo, Bantul, pembeli cukup merogoh kocek sebesar
Rp30.000 untuk mencicipi seporsi Gudeg Manggar Bu Tinur.
Cara Membuat Gudeg Khas Yogyakarta
Bahan:
-
300 gram nangka muda
-
1 ekor ayam kampung, potong
-
5 buah tahu
-
100 gram krecek
-
500 ml santan kental
-
1700 ml santan cair
-
500 gram gula kelapa
-
3 ruas lengkuas
-
3 buah cabai rawit
-
10 lembar daun salam
Bumbu halus:
-
40 butir bawang merah
-
20 siung bawang putih
-
6 sendok makan ketumbar
-
Garam secukupnya
Bumbu Sambal:
-
40 buah bawang merah
-
20 siung bawang putih
-
5 buah cabai merah
Cara Membuat:
-
Bagi bumbu halus menjadi 4 bagian.
-
Kupas nangka muda dan cincang kasar.
-
Masak dengan 1 bagian bumbu halus, 2 lembar daun
salam, 1 bagian lengkuas, 200 gram gula kelapa, dan 800 ml santan cair.
-
Jangan terlalu sering mengaduk agar nangka tidak
hancur.
-
Masak potongan ayam dengan 1 bagian bumbu halus,
2 lembar daun salam, 1 bagian lengkuas, 100 gram gula kelapa, dan 350 ml santan
cair.
-
Masak tahu dengan 1 bagian bumbu halus, 2 lembar
daun salam, 1 bagian lengkuas, 100 gram gula kelapa, dan 250 ml santan cair.
-
Masak areh dengan santan kental, 1 bagian bumbu
halus, 2 lembar daun salam, 1 bagian lengkuas, dan 100 gram gula kelapa.
-
Masak dengan api kecil sambil diaduk, tunggu
sampai mengental.
-
Mulai masak sambal krecek. Haluskan bumbu
sambal, masak bersama krecek, 2 lembar daun salam, 1 bagian lengkuas, garam
secukupnya, dan 200 ml santan cair.
-
Masukkan cabai rawit sebelum diangkat. Aduk lagi
sambal krecek, angkat dan sajikan.
-
Sajikan gudeg, ayam, tahu, areh, dan sambal
krecek dengan nasi putih hangat.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best
profit, bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt
bpf, bestprofit futures, pt bestprofit futures, Bestprofit futures, pt best
profit futures
PT
BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Comments
Post a Comment