Pamali, Nilai, dan Sejarah dalam Budaya Sunda
PT BEST
PROFIT FUTURES BANDUNG, PT Bestprofit Futures – Setiap suku di Indonesia
punya pantangan atau pamali atau pemali yang diwariskan leluhurnya. Salah
satunya pamali dalam budaya Sunda di Jawa Barat.
Bagi masyarakat Sunda, menghormati kepercayaan para
leluhurnya dilakukan dalam salah satu bentuk yaitu pamali. Bukan hanya untuk
menjaga kepercayaan tersebut, tetapi di balik pamali tersebut memiliki
nilai-nilai moral, kepercayaan dan simbol dari kebudayaan Sunda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pemali
artinya adalah pantangan atau larangan berdasarkan adat. Sedangkan dalam Kamus
Basa Sunda kata pamali yang artinya adalah “larangan sepuh anu maksudna teu
meunang ngalakukeun hiji pagawean lantaran sok aya matakna” yang artinya tidak
boleh melakukan perbuatan tertentu karena nanti akan ada akibatnya.
Biasanya pamali atau pantangan tersebut sering
diungkapkan oleh para leluruh kepada anak cucunya. Berikut adalah contoh pamali
yang beredar di masyarakat Sunda dan makna dari pamali tersebut.
Ulah diuk
dilawang panto, bisi nongtot jodoh
Artinya: Jangan duduk di depan pintu, nanti susah
dapat jodoh.
Maksud pamali tersebut memiliki nilai etika untuk
tidak duduk di depan pintu karena akan menghalangi jalan, juga apabila dilihat
dari segi tata krama juga tidak sopan.
Ulah dahar
bari di tanggeuy, bisi dewi padi ngambek (Dewi Sri Pohaci)
Jangan makan dengan piring di tangan, nanti dewi
padi marah.
Dalam pamali ini terdapat nilai-nilai etika,
pendidikan, dan juga kepercayaan. Dari segi etika, memang tidak pantas dan
tidak sopan apabila makan sambil memegang piring di tangan. Dari segi
pendidikan, apabila makan sambil memegang piring di tangan akan berisiko piring
tersebut jatuh, sehingga lebih baik makan di tempat seperti meja.
Dari segi kepercayaan, jika melakukan makan sambil
dengan piring di tangan, itu berarti dianggap tidak menghormati Dewi Sri Pohaci
yang memberikan hasil kekayaan alam di masyarakat Sunda.
Ulah dahar
bari sare, bisi gede hulu
Artinya: Jangan makan sambil tidur, nanti kepalanya
besar.
Mungkin orangtua akan memberitahukan kepada anak
apabila makan sambil tidur, makanan yang dimakannya tidak akan sampai ke dalam
perut, akan tetapi makanannya akan sampai ke dalam kepala sehingga kepalanya
nanti akan besar karena dipenuhi oleh makanan.
Akan tetapi dalam pamali tersebut sebenarnya
terdapat nilai etika dan pendidikan. Jika melakukan makan sambil tertidur
memang tidak pantas dan juga tidak sopan. Jika melakukan makan sambil tertidur
dikhawatirkan nanti akan tersedak, selain itu makanan yang dimakan kemungkinan
akan jatuh.
Dalam segi etika jika hendak makan, lakukanlah
dengan seharusnya.
Ulah
ngadiukan bantal, bisi bisul
Artinya: Jangan menduduki bantal, nanti suka bisul.
Maksud pamali tersebut mengajarkan nilai-nilai
etika dan pendidikan. Dari segi etika dan pendidikan, selain untuk menjaga
supaya bantal tersebut tidak rusak, bantal digunakan untuk kepala, sehingga
tidak baik jika bantal tersebut untuk diduduki. Karena di masyarakat Sunda
derajat kepala itu lebih tinggi dari bagian tubuh lainnya.
Ulah sare
bari disimut ku samak, bisi nitahkeun maot
Artinya: Jangan tidur sambil diselimuti oleh tikar,
nanti menyuruh meninggal.
Pamali tersebut memiliki nilai-nilai etika dan
pendidikan. Dari segi etika, memang tidak pantas kalau tertidur diselimuti oleh
tikar, karena nanti saat tertidur tidak akan nyenyak. Etika lainnya adalah jika
tidur dengan diselimuti oleh tikar, menandakan seperti orang yang dibungkus
oleh kain kafan, sehingga seperti orang yang meninggal. Dari segi pendidikan,
jika hendak tidur, tidurlah di tempat yang seharusnya supaya tidurnya bisa
nyenyak.
Ulah ulin
wanci magrib, bisi diculik ku jurig
Artiinya: Jangan bermain setelah magrib, nanti
diculik oleh hantu.
Maksud pamali tersebut terdapat nilai-nilai etika
dan pendidikan. Dari segi etika memang tidak pantas jika anak-anak bermain
larut sampai magrib. Karena jika bermain sampai larut malam, orangtua pasti
khawatir dan berbahaya bagi keselamatan anak tersebut karena sudah malam. Juga
magrib bagi agama Islam adalah waktunya untuk salat dan mengaji. Dari segi
pendidikan, magrib adalah waktunya anak untuk belajar, karena siang harinya
sudah bermain. Anak-anak juga bisa menghargai waktu kapan sehingga pulang ke
rumahnya setelah bermain.
Ulah
ngadahar cau pang sisina, bisi kapopohokeun
Artinya: Jangan makan pisang yang paling ujung,
nanti suka jadi dilupakan (oleh orang).
Pamali tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan.
Pisang yang paling ujung memang memiliki ukuran yang lebih besar, maksud dari
pamali tersebut adalah makanlah mulai dari yang kecil terlebih dahulu, lalu
baru boleh makan yang ukurannya besar. Dengan pamali tersebut, anak diajarkan
untuk tidak rakus dalam memilih sesuatu.
Ulah osok
ngegelan kuku, bisi pondok umur
Artinya: Jangan suka menggigit kuku, nanti
mempunyai umur pendek.
Maksud pamali tersebut terdapat nilai-nilai etika
dan pendidikan. Dari segi etika memang tidak sopan jika seseorang suka
menggigit kuku. Untuk anak, perilaku seperti ini tidak baik karena jika
kebiasaan tersebut terus dilakukan, kuku anak tersebut akan rusak dan melukai
kukunya. Dari segi pendidikan jika anak suka menggigit kuku terlebih lagi kuku
anak tersebut kotor, dikhawatirkan kotoran tersebut termakan oleh anak. Dan
jika anak suka bermain tanah, dikhawatirkan juga anak tersebut terjangkit
cacingan.
Ulah dahar
tungir hayam, bisi maot ngora keneh
Artinya: Jangan makan pantat ayam, nanti meninggal
masih muda.
Pamali tersebut memiliki nilai pendidikan. Maksud
pamali tersebut mengajarkan untuk tidak sering memakan daging pantat ayam,
karena pantat ayam sangat mengandung banyak lemak, sehingga apabila dikonsumsi
yang banyak bisa menimbulkan kolesterol dan tidak baik untuk kesehatan terutama
bagi anak-anak.
Asal Usul Pamali
Keragaman budaya yang dimiliki masyarakat Jawa
Barat tersebar di daerah-daerah dan masih tetap dipegang teguh dalam kehidupan
sehari-hari terutama oleh masyarakat adat. Salah satunya adalah pamali.
Masyarakat adat yang tersebar di Jawa Barat tidak
bisa menghindari dari adanya perubahan dan kemajuan dalam segala aspek
kehidupan, namun kekuatan untuk mempertahankan pamali.
Pamali bisa berasal dari ucapan, perbuatan dari
seorang yang sangat berpengaruh, kejadian yang telah terjadi pada orang yang
berpengaruh yang terus disampaikan secara turun temurun.
Namun, pamali tersebut sarat dengan makna untuk
keseimbangan manusia dengan alam, manusia dengan manusia manusia dengan sang
penciptanya, sehingga dengan keyakinan yang kuat apabila melanggar ada
akibatnya.
Pamali bisa dibilang tabu atau meminjam istilah
Freud, tabu menurut Freud adalah "hukum kode tidak tertulis masyarakat
terdahulu".
Adapun pamali dalam kondisi saat ini merupakan
untuk menjaga keseimbangan manusia/penduduk yang mendiami dengan alam
sekitarnya agar terjaga dengan baik, yang akan berpengaruh terhadap sumber
kehidupan dan penghidupan sekitarnya.
Antara batas administrasi Jawa Barat dan Jawa
Tengah, terdapat sebuah daerah dengan nama Losari. Di daerah inilah mengalir
Sungai Pamali (Pemali) yang juga merupakan batas antara wilayah budaya orang
Sunda dan wilayah budaya orang Jawa. Sekarang sungai itu menjadi batas Provinsi
antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pamali diambil dari bahasa Sunda artinya pantangan,
maknanya adalah orang yang ingin menyeberang dianggap pamali atau pantangan
karena merupakan wilayah orang lain.
Sumber
liputan6.com
lowongan, lowongan kerja, lowongan kerja
bandung, loker bandung
best
profit, bestprofit, pt bestprofit, pt best profit, best, pt best, bpf
pt
bpf, bestprofit futures, pt bestprofit futures, Bestprofit futures, pt best
profit futures
PT
BESTPROFIT FUTURES BANDUNG
Comments
Post a Comment